Selasa, 29 Januari 2013

Prosedur Disinfeksi Sarana Air Bersih

Prosedur Disinfeksi Sarana Air Bersih
Mengingat kecenderungan pencemaran baik fisik, kimia, maupun bakteriologis pada sarana air bersih jenis sumur, saat ini semakin meningkat. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka kegiatan desinfeksi pada sumur dapat dipertimbnagkan sebagai salah satu alternatif pemecahannya. Bahan yang dipergunakan sebagai disinfektan biasanya mempergunakan kaporit dengan dosis 1 gram/100 liter air. Berikut prosedur pemberian kaporit (proses disinfeksi) pada sumur.
Sumur Gali
  1. Buat larutan kaporit sebanyak 20 liter (dosis pemberian 0,5 sendok makan kaporit untuk 20 liter air).
  2. Desinfekstan dinding sumur, lantai sumur dan timba dengan cara menyikatnya mempergunakan sikat yang sudah dicelupkan ke dalam larutan kaporit.
  3. Ukur banyaknya air sumur. Untuk setiap 1 meter kubik ditambahkan 20 liter larutan kaporit. Menentukan/mengukur volume air yang terdapat di dalam sumur dengan cara (Chandra, 2007):
  4. Mengukur dalamnya permukaan air (h) meter.
  5. Mengukur penampang sumur (d) meter
  6. Substitusi h dan d dalam rumus : Volume (liter) = 3,14 x d2 x h
Sumur Pompa
  1. Buat larutan kaporit sebanyak 20 liter ( dengan mmenambahkan 2 sendok makan kaporit pada 20 liter air).
  2. Pompa dilepas dari pipa dan tuangkan 20 liter larutan kaporit tersebut. Biarkan selama 24 jam.
  3. Pasang kembali pompa pada pipa, selanjutnya air dipompa (dibuang) sampai bau kaporit tidak ada lagi.
  4. Kegiatan pemberian kaporit tersebut seringkali juga harus kita lakukan pada saat terjadi KLB atau Wabah, atau pada saat terjadi banjir. Pada saat banjir, akan terjadi perembesan air banjir kedalam sumur penduduk. Demikian pula pada saat terjadi wabah penyakit pencernaan yang menular terutama kolera, maka semua persediaan air rumah tangga perlu didesinfektan, dengan cara sebagai berikut:
  5. Potong seruas bambu dengan ukuran panjang 50 cm, dengan diameter 5 cm
  6. Buat duaubang pada dasar bambu menyebelah 2 kali dengan ukuran 20 mm.
  7. Buat lubang pada ujung atas bambu dengan diameter 1,5 meter.
  8. Masukkan sedikit ijuk sampai dasar bambu untuk menutupi lubang-lubang agar pasir tidak keluar.
  9. Masukkan segelas pasir halus.
  10. Masukkan 2 gelas campuran pasir halus dan 100 gram kaporit.
  11. Masukkan lagi pasir halus 1 gelas atau sampai tabung bambu penuh.
  12. Gantungkan batu bata pada ujung bawah bambu dan biarkan tenggelam 1 m di bawah permukaan air sumur.

clip_image002

Rakernas HAKLI 2011

Rakernas HAKLI 2011

PDFPrintE-mail
HASIL RAPAT KERJA NASIONAL (RAKERNAS) I HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN (HAKLI) DI BANDAR LAMPUNG
TANGGAL 7-9  JULI 2011

1.    Dasar
a.    hasil SIDANG ISTIMEWA HAKLI di BBPK Ciloto tanggal 12 April 2011, telah menetapkan Pengurus Pusat HAKLI periode 2011-2015
b.    sebagai tindak lanjut keputusan Sidang Istimewa HAKLI perlu diadakan Rapat Kerja Nasional I HAKLI tahun 2011 untuk membahas tugas-tugas yang diamanatkan kepada PP HAKLI 2011-2015;
c.    Maka pada tanggal 7-9 Juli PP HAKLI  melaksanakan Rapat Kerja Nasional I HAKLI I di Bandar Lampung dengan mengundang seluruh Pengurus Pengda dan Poltekes jurusan Kesehatan Lingkungan seluruh indonesia

2.    Proses
a.    Hari I adalah Regristrasi Peserta dilanjutkan dengan pembukaan secara remi oleh Ketua Umum PP. HAKLI, yang memberikan sambutan Ketua Pengda Hakli lampung dan Direktur Poltekes lampung
Dilanjutkan dengan Paparan-paparan antara lain :
-    Sertifikasi  dan ijin kerja Profesi Sanitarian
-    Program Kerja Departemen Organisasi & Profesi
-    Program Kerja Departemen Kemitraan , Hukum dan Humas
-    Program Kerja Kewirausahaan & Pemberdayaan Masyarakat
-    Program Kerja Koligium Organiss
-    Program Kerja  Koligium Pelayanan Profesi
-    Program Kerja Koligium Etika
b.    Hari ke 2 diisi dengan Diskusi
Pada acara diskusi ini dibagi menjadi 2 kelompok :
-    Kelompok I membahas tentang : Draft Permenkes tentang ijin kerja Sanitarian, sertifikasi dan uji kompetensi
-    Kelompok ke II tentang Amandemen AD/ ART dan  pembahasan tentang Program Kerja .
-    Pada acara malam hari dilanjutkan dengan Diskusi Pleno hasil Diskusi Kelompok
c.    Hari ke3 , dilanjutkan dengan sharing informasi antar peserta, rumusan dan penutupan

3.    Hasil
a.    Peserta yang hadir berjumlah 40 peserta terdiri dari :
-    14 orang PP HAKLI
-    10 Pengda HAKLI
-    22 perwakilan Poltekes
-    4 orang Panitia Daerah
b.    Hasil yang dicapai dalam Rakernas I tersebut secara umum sudah mencapai hasil mendekati yang diharapkan. Para peserta cukup aktif, dan memberikan saran-saran yang bermanfaat sebagai masukan bagi PP. Hakli untuk menyempurnakan draft-draft yang telah dibuat.
c.    Hal-hal yang dirumuskan dalam rakernas I tersebut antara lain :
-    Masukan terhadap Draft Permenkes tentang Ijin Kerja Sanitarian secara umum sudah mendekati sempurna, selanjutnya akan disempurnakan oleh Bp. Subardan (Ketua I) sekaligus anggota MTKI untuk pembahasan selanjutnya di MTKI.
-    Untuk mempercepat inventarisasi dan pemetaan anggota HAKLI secara cepat dapat digunakan melalui sistim SMS, dan ini akan dibangun oleh Bp.. Slamet dari Poltekes Purwokerto, sedangkan inventarisasi yang lebih detail akan dilakukan oleh masing-masing Pengda dan Pengcab.
-    Untuk percepatan Musda di daerah diharapkan disampaikan himbauan oleh PP HAKLI kepada Pengda- Pengda agar segera melaksanakan Musda se3bagai antisipasi berjalannya Sertifikasi dan Uji Kompetensi yang akan diberlakukan mulai tahun 2012
-    Hal-hal lain yang berkaitan dengan program kerja Departemen diharapkan akan ditindaklanjuti oelh masing-masing Departemen sesuai schedule yang telah ditetapkan.
d.    Rencana Tindak Lanjut :
-    Pemetaan Organisasi (Pengad yang aktif & tidak Aktif)
-    Inventarisasi anggota
-    Sosialisasi Sertifikasi dan Uji Kompetensi
-    Tanggapan terhadap Undang-undang Ketenagaan Kesehatan
-    Tanggapan terhadap RPP. Kesehatan Lingkungan
-    Kemitraan  (MOU) dengan Kementrian Kesehatan. Kementrian Perdaganngan, kementrian Lingkungan Hidup, kementrian Dalam Negeri, Kementrian PU, Kementrian Kelautan & Perikanan, kementrian Pertanian, Kementrian Koperasi dan UKM, serta kementrian lain yang terkait
-    Pengembangan Pasar Sehat dengan Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/ Kota  dan WHO
-    Follow up terhadap proposal Pengembangan Pasar Sehat yang telah dikirimkan kepada Bupati  Muara Enim dan Walikota Palembang tahun 2011

Bandar lampung, Juli 2011

Alat Makan Lolos Uji Sanitasi

Alat Makan Lolos Uji Sanitasi

Peralatan makan yang kita gunakan harus bersih, agar kita terhindar dari kemungkinan penularan penyakit. oleh karena itu perlu dilakukan uji sanitasi alat makan.

uji sanitasi alat makan lazimnya menggunakan uji ALT (Angka Lempeng Total) untuk mengetahui jumlah kuman yang ada di alat makan tersebut.

cara sederhana untuk memastikan alat makan kita bersih atau tidak, bisa dilakukan dengan uji kebersihan alat sbb. :

Menguji kebersihan secara fisik dapat dilakukan dengan cara :

1. Menaburkan tepung pada piring yang sudah dicuci dalam keadaan kering. Bila tepungnya lengket pertanda pencucian belum bersih.
2. Menaburkan garam pada piring yang kering, pertanda pencucian belum bersih.
3. Penetesan air pada piring yang kering. Bila air jatuh pada piring ternyata menumpuk/atau tidak pecah pertanda pencucian belum bersih.
4. Penetesan dengan alcohol, jika terjadi endapan pertanda pencucian belum bersih.
5. Penciuman aroma, bila tercium bau amis pertanda pencucian belum bersih.
6. Penyiraman. Bila peralatan kelihatannya kusam/tidak cemerlang berarti pencucian belum bersih.

Menguji kebersihan secara bakteriologi dilakukan dengan cara:

a) Pengambilan usapan kapas steril (swab) pada peralatan yang disimpan. Nilai kebersihan dihitung dengan angka sebagai berikut:
i. Angka kuman sebanyak-banyaknya 100/cm dari permukaan alat yang diperiksa
ii. Angka kuman E Coli harus 0/cm2

b) Pengambilan usapan kapas steril pada peralatan dilakukan segera setelah pencucian. Hal ini untuk menguji proses pencucian karena semakin lama akan semakin banyak terjadi pencemaran bakteri yang berasal dari udara dan akan memberikan penyimpangan lebih tinggi dari keadaan yang sebenarnya.

Pemeiksaan Kapasitas Tukar Kation

Pemeiksaan Kapasitas Tukar Kation

Penetapan basa-basa tukar (Na+, K+, Ca2+, dan Mg2+) dan Kapasitas Tukar Kation (KTK) dapat dilakukan secara berurutan. Ekstraksi menggunakan prinsip pencucian unsur-unsur basa oleh suatu garam dalam suatu kolom tanah (perkolasi). Ekstraksi pertama menggunakan garam amonium asetat (CH3COO-NH4 atau NH4O Ac.) 1 N pH 7,0 akan mengenstrak semua kation-kation basa. Simpan ekstrak tersebut untuk penetapan basa-basa tukar (EKSTRAK I).
Setelah ekstraksi pertama misel tanah dijenuhi oleh ion NH4+. Selain berada di misel tanah, ion amonium juga menjenuhi larutan tanah. Untuk menghilangkan /membersihkan ion amonium yang berada pada larutan tanah, maka kolom perkolasi harus dibilas dengan alkohol 99%. Ekstrak dengan alkohol, dapat dibuang karena tidak digunakan dalam penetapan selanjutnya.
Setelah pencucian dengan alkohol dapat diyakini bahwa seluruh ion amonium hanya berada pada permukaan misel tanah. Prinsip ini yang nantinya digunakan untuk penetapan KTK. Ekstraksi dengan menggunakan KCL 0,1 N akan menggusur semua ion amonium yang ada pada permukaan misel. Ion NH4+ digantikan posisinya oleh ion K+. Ekstraksi dengan KCl 0,1 N akan digunakan dalam penetapan KTK (EKSTRAK II).
Hal yang perlu diperhatikan selama ekstraksi adalah jaga kolom perkolasi jangan sampai mengering, artinya proses pencucian harus berjalan kontinyu (tanah selalu tergenang) untuk mencegah terjadinga penguapan amonium.
Penetapan ion Na+ dan K+
Penetapan Na dan K menggunakan alat Flamefotometer dengan acuan deret standar masing-masing unsur Na dan K. Penentuan kadar Na dan K dihitung berdasarkan pada interpolasi dari garis hubungan (regesi) antara skala flamefotometer dengan standar Na dan K.
Bahan
Amonium Asetat (NH4OAc.) 1 N pH 7,0
Siapkan gelas beaker yang berisi sekitar 500 mL aquadest, tambahkan 57 mL asam asetat (CH3COOH) glasial 99,5 % dan 70 mL amoniak bd. 0,90 jadikan volume hingga 1 liter. Aduk (menggunakan stir magnetik) dan dinginkan. Atur pH larutan menjadi pH 7 dengan memberikan amoniak (jika pH <> 7)
Larutan Standar Na+ (100 ppm Na)
Timbang 0,1910 g KCl kemudian masukan kedalam labu ukur 1000 mL. Tambahkan aquades dan tetapkan menjadi 1 L.
Larutan Standar K+ (100 ppm K)
Timbang 0,1910 g KCl kemudian masukan kedalam labu ukur 1000 mL. Tambahkan aquades dan tetapkan menjadi 1 L.
Prosedur
Timbang 5 g tanah kemudian masukan kedalam tabung perkolasi. Tambahkan pengekstrak amonium asetat sebanyak 50 mL. Tampung hasil ekstraksi dalam gelas erlenmeyer 100 mL.
Setelah ekstrak didapatkan, masukan ekstrak kedalam labu ukur 50 mL dan tepatkan. Salin kembali ekstrak dari labu ukur ke tempat lain. Ekstrak ini disebut EKSTRAK I.
Siapkan instalasi pada alat Flamefotometer, antara lain : pasang kepala gas pada tabung LPG, hidupkan pompa, hidupkan Flamefotometer melalui tombol Power, buka panel gas pada Flamefotometer, tekan tombol ignition berkali-kali sampai api menyala di tungku pembakaran. Jika api tidak menyala, set keluarnya gas pada kran gas (kiri bawah) dan tekan tombol ignition berkali-kali.
Pilih jenis unsur yang akan diukur pada panel Flamefotometer (Na, K, dan Li) dengan jalan menarik atau mendorong panel sesuai dengan jenis unsurnya.
Jika memulai pekerjaan untuk analisa K, masukan larutan deret standar K yang terdiri dari 0, 10, 20, 30, dan 40 ppm K melalui selang flamefotometer. Buatlah garis regesi linier hubungan antara pembacaan skala flamefotometer dengan ppm K :
Y = bo + b1 X
Untuk: Y = skala flamefotometer
bo = intersep
b1 = slope
X = ppm K dari standar
Setelah pengukuran deret standar dilakukan, maka EKSTRAK I dimasukkan melalui selang dan baca skala flamefotometer. Masukan nilai skala dari sampel kedalam persamaan regesi linier di atas untuk mendapatkan ppm K.
Lakukan prosedur yang sama untuk menetapkan unsur Na dengan jalan merubah panel pada alat flamefotometer ke unsur Na.
Contoh perhitungan K-dd
5,0002 g tanah diekstrak dengan 50 mL NH4OAc. Kemudian ditetapkan dengan Flamefotometer. Jika diketahui hubungan antara ppm K (X) dan skala pembacaan (Y) adalah : Y = -0,6481 + 0,9259 X ; sedangkan pembacaan skala adalah 12 maka nilai X = (12 + 0,6481)/0,9259 = 13,6603 ppm K.
13,6603 ppm K = 13,6603 mg K/L = 13,6603/39 mmol K/L = 0,3502 mmol K/L = 0,3502 me K/L = 0,0175 me K/50 ml
Jadi nilai K-dd (me/100 g) :
0,0175 x 100/5,0002 = 0,35 me /100 g
Contoh perhitungan penetapan Na-dd:
5,0002 g tanah diekstrak dengan 50 mL NH4OAc. Kemudian ditetapkan dengan Flamefotometer. Jika diketahui hubungan antara ppm Na (X) dan skala pembacaan (Y) adalah : Y = -0,6481 + 0,9259 X ; sedangkan pembacaan skala adalah 12 maka nilai X = (12 + 0,6481)/0,9259 = 13,6603 ppm Na .
13,6603 ppm Na = 13,6603 mg Na /L = 13,6603/23 mmol Na /L = 0,5939 mmol Na/L
= 0,5939 me Na/L = 0,0297 me Na/50 mL
Jadi nilai Na-dd (me/100 g) :
0,0297 x 100/5,0002 = 0,59 me/100 g



Penetapan Ion Ca2+ dan Mg2+
Penetapan Ca dan Mg tukar (-dd) menggunakan larutan EKSTRAK I dari pencucian sampel menggunakan NH4OAc 1 N pH 7,0. Metode penetapan menggunakan prinsip titrasi balik dengan larutan Ca-standar (0,01 N). Sebelum proses titrasi, Ca dan Mg di dalam larutan tanah terlebih dahulu diikat oleh EDTA dari larutan di-natrium EDTA yang berlebih. Keberadaan ion-ion pengganggu, seperti Fe, Mn, dan P, sebelumnya harus di eliminir dengan menambahkan sedikit (10 tetes) larutan hidroksilamine-hidroklorida (NH2OH-HCl), kalium ferrosianida (K4Fe(CN)6), kalium sianida (KCN), dan trietanolamine (TEA). Indikator yang digunakan antara lain Eriochrome Black (EBT) untuk penetapan Ca+Mg dan indikator Calcon untuk penetapan Ca.
Bahan
Larutan Penyangga (Buffer)
Larutkan 67,5 g amonium klorida (NH4Cl) dalam 200 mL aquades. Tambahkan 570 mL amonium hidroksida (NH4OH) pekat dan encerkan larutan menjadi 1 liter dengan aquades.
Larutan di-natrium EDTA
Larutkan 2 g dinatrium EDTA (BM :372,254) dan 0,039 g magnesium clorida (MgCl2 6H2O) dalam aquades hingga volume 1 liter.
Larutan Ca-standart 0,01 N
Larutkan 0.5004 g kalsium karbonat yang kecil sekali Mg (telah dikeringkan pada 105oC) dalam 5 mL asam klorida (HCl) kira-kira 6 N dan encerkan menjadi 1 liter.
Larutan kalium sianida (KCN)
Larutkan 1 g KCN dalam 100 mL aquades
Larutan hidroksilamin-hidroklorida (NH2OH-HCl)
Larutkan 5 g NH2OH-HCl dalam 100 mL aquades
Larutan kalium ferrosianida (K4Fe(CN)6 .3H2O)
Larutkan 4 g K4Fe(CN)6 .3H2O dalam 100 mL aquades
Larutan trietanolamine (TEA)
Larutan pekat dan pro-analisis dengan merek dagang ®Tritiplex III
Larutan natrium hidroksida (NaOH) 10%
Larutkan 10 g NaOH dalam 90 mL aquades
Indikator Eriochrome Black (EBT)
Larutkan 0,2 g EBT dalam metanol. Buat larutan segar setiap 3 minggu.
Indikator Calcon
Larutkan 20 mg Calcon dalam 50 mL metanol. Buat segar setiap 1 minggu.
Prosedur
Pipet 5 mL Na2-EDTA dalam gelas erlenmeyer 100 mL. Tambahkan 15 mL larutan buffer dan 10 tetes masing-masing KCN, NH2OH-HCl, K4Fe(CN)6, TEA, dan indikator EBT sehingga larutan berwarna biru. Diamkan larutan tersebut agar reaksi-reaksi berjalan dan kemudian diitrasi dengan larutan Ca-standart 0,01 N. Titik akhir titrasi terjadi manakala warna larutan berubah dari biru menjadi keunguan. Catat pembacaan volume titrasi Ca-standart (Vblanko).
Pipet 2 mL larutan pada EKSTRAK I kemudian tambahkan 5 mL Na2-EDTA dalam gelas erlenmeyer 100 mL. Tambahkan 15 mL larutan buffer dan 10 tetes masing-masing KCN, NH2OH-HCl, K4Fe(CN)6, TEA, dan indikator EBT sehingga larutan berwarna biru. Diamkan larutan tersebut agar reaksi-reaksi berjalan dan kemudian diitrasi dengan larutan Ca-standart 0,01 N. Titik akhir titrasi terjadi manakala warna larutan berubah dari biru menjadi keunguan. Catat pembacaan volume titrasi Ca-standart (VCa+Mg).
Pipet 2 mL larutan pada EKSTRAK I kemudian tambahkan 5 mL Na2-EDTA dalam gelas erlenmeyer 100 mL. Tambahkan 2 mL larutan NaOH 10% dan 10 tetes masing-masing KCN, NH2OH-HCl, K4Fe(CN)6, TEA, dan indikator Calcon sehingga larutan berwarna biru. Diamkan larutan tersebut agar reaksi-reaksi berjalan dan kemudian diitrasi dengan larutan Ca-standart 0,01 N. Titik akhir titrasi terjadi manakala warna larutan berubah dari biru menjadi kemerahan. Catat pembacaan volume titrasi Ca-standart (VCa).
Ca+Mg (me/100 g) = (Vblanko – VCa+Mg) x N CaCO3 x 50/2 x 100/berat tanah
Ca-dd (me/100 g) = (Vblanko – VCa) x N CaCO3 x 50/2 x 100/berat tanah
Mg-dd (me/100 g) = (Ca+Mg) – Ca-dd
Conton Perhitungan Ca dan Mg :
Penetapan Ca+Mg . Penetapan Ca+Mg. 5,0002 g tanah diekstrak dengan 50 mL NH4OAc. Pipet 2 mL ekstrak dan masukan ke dalam erlenmeyer 100 mL kemudian tambahkan 15 mL larutan buffer dan 5 mL larutan Na2-EDTA (asumsi berlebih). Tambahkan masing-masing 10 tetes KCN, NH2OH-HCl, K4Fe(CN)6, TEA, dan indikator EBT. Titrasi larutan dengan Ca-std. 0,01 N menggunakan buiret mikro. Catat hasil tritrasi ketika larutan berubah warna dari biru ke ungu kebiruan. Jika diketahui titer CaCO3 standar pada saat penetapan Ca+Mg adalah 2,54 mL, maka me Ca+Mg/100 g adalah :
= (5,5 - 2,54) x 0,01 N x 50/2 x 100/5,0002 me/100 gr
= 14,80 me/100 gr
Penetapan Ca . Pipet 2 mL ekstrak dan masukan ke dalam erlenmeyer 100 mL kemudian tambahkan 5 mL larutan Na2-EDTA (asumsi berlebih) dan 2 mL NaOH 10 %. Tambahkan masing-masing 10 tetes KCN, NH2OH-HCl, K4Fe(CN)6, TEA, dan indikator Calcon. Titrasi larutan dengan Ca-std. 0,01 N menggunakan buiret mikro. Catat hasil tritrasi ketika larutan berubah warna dari biru ke ungu kemerahan. Jika diketahui titer CaCO3 pada saat penetapan Ca adalah 3,98 mL, maka me Ca/100 g adalah :
= (5,5 - 3,98) x 0,01 N x 50/2 x 100/5,0002 me/100 gr
= 7,60 me/100 gr
Pemisahan Ca-dd dan Mg-dd.
Jika diketahui :
- nilai Ca + Mg = 13,53 me/100 g
- nilai Ca-dd = 5,61 me/100 g
- nilai Mg-dd = 13,53 – 5,61 = 7,92 me/100 g
Penetapan Kapasitas Tukar kation
Kapasitas tukar kation diukur dengan prinsip pembebasan sejumlah ion amonium yang digunakan pada pengekstakan basa tukar dengan menggunakan KCL 0,1 N. Sebelum dicuci dengan larutan KCL, kolom tanah terlebih dahulu dicuci dengan alkohol (etanol) yang berfungsi untuk mencuci ion amonium yang berada pada larutan tanah. Ion amonium yang terlepas kemudian ditampung (EKSTRAK II). Ekstrak kemudian didestilasi dengan suasana basa
Bahan-bahan
Larutan KCl 0,1 N
Larutkan 7,46 g KCL dengan aquadest dalam labu ukur 1 liter sampai tanda garis
Larutan NaOH 40%
Larutkan 40 g NaOH dalam 60 mL aquades.
Larutan HCl Standar ± 0,01 N
Larutkan 2 g dinatrium EDTA (BM :372,254) dan 0,039 g magnesium clorida (MgCl2 6H2O) dalam aquades hingga volume 1 liter.
Larutan Asam Boraks (H3BO3) 2 %
Larutkan 2 g asam boraks dan tambahkan 98 mL aquadest.
Larutan Indikator Campuran MM dan BCG
Larutkan 1 g KCN dalam 100 mL aquades

Prosedur
1. Siapkan larutan penangkap amonium terlebih dahulu dan dipasang pada alat destilasi pada posisi selang tenggelam pada larutan. Larutan tersebut adalah 20 mL larutan asam boraks 2 % yang ditambahkan indikator campuran MM dan BCG sehingga muncul warna merah.
siapkan gelas destilasi yang terhubung dengan selang larutan penangkap. Pipet 20 mL larutan dari EKSTRAK II, kemudian masukan kedalam gelas destilasi. Tambahkan sekitar 20 mL larutan NaOH 40 % dan segera tutup sumbat selang kemudian letakan gelas keatas tungku pemanas.
Setelah semua alat terpasang, nyalakan pemanas sekitar 10 menit atau 5 menit dari saat larutan berubah dari merah ke hijau.
Setelah proses destilasi selesai, angkat larutan penangkap kemudian titrasi dengan larutan HCl standart.
Perhitungan
KTK (me/100 g) = Volume titer x N HCl x 50/20 x 100/berat tanah
Contoh Perhitungan Kapasitas Tukar Kation :
5,0002 g tanah diekstrak dengan 50 mL NH4OAc. dan jaga kondisi tanah agar tidak kering. Ketika larutan amoniun tersisa sedikit, tambahkan sekitar 50 mL alkohol 99 % untuk mencuci sisa amonium yang masih tersisa di larutan tanah. Hilangkan amonium yang ada pada kompleks pertukaran dengan menambahkan 50 mL KCl 0,1 N. Tampung dan tepatkan larutan dengan labu ukur 50 mL. Pipet 20 mL larutan untuk didestilasi dengan penangkap asam boraks. Hasil destilasi kemudian dititrasi dengan HCl standar 0,1 N dan ternyata memerlukan 2,5 mL. KTK tanah dapat dihitung sebagai berikut :
KTK (me/100 g) = 2,5 mL x 0,1 N x 50/20 x 100/5,0002 = 12,5 me/100 g

Penyehatan Udara

Penyehatan Udara

Pemenuhan kualitas Fisik :
Ø Bebas debu menggunakan filter membran, filter polister, penangkap debu elektrik, exhauster.
Ø Bebas bau menggunakan filter karbon aktif, penyegar udara / parfum manual – konvesional maupun otamatis (parfum dispenser), filter plasma. Penyegar udara bisa dilakukan dengan menaruh bunga dalam ruangan, menyemprotkan parfum ruangan, membakar dupa ratus / kemenyan wangi dan sejenisnya.
Ø Over humidity menggunakan ventilator, bahan penyerap air (hygroskopis) seperti KOH, Silica gel.
Ø Temperatur dan kelembaban sesuai dengan kondisi kenyamanan tubuh dapat digunakan Fan / kipas angin, Blower, penyejuk udara (AC), pembuatan ventilasi silang dengan luasan yang sesuai.
Ø Bebas asap atau koloid sejenisnya menggunakan filter membran-karbon aktif, filter plasma (AC plasma).
Ø Bebas suara yang mengganggu dapat dilakukan dengan menghilangkan sumber suara atau penggunaan peredam suara.

Pemenuhan kualitas KimiaØ Bebas partikulat kimia, uap / gas kimia beracun dan berbahaya menggunakan filter plasma, ventilasi keluar setempat (exhauster), perangkap debu kimia, perangkap uap kimia (berupa tabir air, air mancur mini, dll), peletakan pot tanaman penyerap bahan B3 seperti tanaman Lidah Mertua, menjaga tekanan dalam ruangan lebih tinggi dari udara luar.

Pemenuhan kualitas BiologiØ Bebas patogen yang berupa virus, bakteri, tungau debu, serangga penghasil benang atau sejenisnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan dan kelembaban ruangan.
Ø Bebas patogen dapat dilakukan sterilisasi ruangan dengan germisida, TEG, pemasangan filter UV, filter plasma.
Ø Bebas serangga melalui pembersihan secara rutin atau penyemprotan pestisida bila diperlukan atau pemasangan kasa jendela. Dapat juga dilakukan menggunakan dispenser pestisida (mat / liquid) otomatis, ultrasonic- electromagnetik.

Pemenuhan kualitas Radioaktif
Ø Bebas radiasi ionik dan radiasi non ionik dapat dilakuan dengan menghilangkan atau membatasi dan mengatur penggunaan sumber radiasi tersebut. Sumber radiasi ionik di rumah tangga antara lain kompor gas, air dari sumur artesis, material bangunan tertentu, lampu petromak. Sumber radiasi non ionik diantaranya photocopy, microwve, TV, HP, radioCB, Wireless, Listrik tegangan tinggi, Monitor komputer dan elektronik lainnya.

Sumber bacaan :
CD = Encarta Encyclopedia 2005, Environmental Biosfeer, World Book 2004, Hutchinson Edducational Encyclopedia 2000, Ensiklopedi Iptek YASAMAS 2005, Kliping Berita dan Artikel dari Internet.

Penyehatan Air

Penyehatan Air

Pemenuhan persyaratan fisikØ Tidak keruh (jernih), dapat dilakukan dengan : koagulasi- flokulasi, pengendapan (sedimantasi), penyaringan (filtrasi). Koagulan yang lazim dipakai diantaranya tawas, ferosulfat, ferichlorida, Poly Aluminium Chlorida (PAC), biji kelor.
Ø Tidak berwarna dapat dilakukan dengan : koagulasi-flokukasi berbasis silikon, aerasi.
Ø Tidak berbau / tidak berasa dapat dilakukan dengan : distilasi, ion exchange, filter karbon aktif / antrasit, aerasi, air stripping, deklorinasi dengan Na-thiosulfat.

Pemenuhan persyaratan kimia :
Ø Kondisi pH tidak ekstrim dapat dilakukan dengan penambahan larutan kapur untuk menaikan pH atau HCl untuk penurunan pH.
Ø Tidak mengandung Fe & Mn berlebihan dapat dilakukan dengan aerasi, filter pasir aktif media KMnO4 , filtrasi media MnO2, koagulasi-flokulasi (untuk Fe&Mn dalam bentuk senyawa organik), ion exchange.
Ø Tidak mengandung zat organik berlebihan dapat dilakukan dengan koagulasi kimia, aerasi, filtrasi.
Ø Tidak sadah dapat dilakukan dengan merebus air, ion exchange zeolit atau resin.
Ø Tidak mengandung CO2 agresif dapat dilakukan dengan kontak / filtrasi media marmer.
Ø Tidak salin dapat dilakukan dengan distilasi, freezing, demineralisasi, ion exchange, membran RO.
Ø Tidak mengandung logam berat dapat dilakukan dengan elektro coagulating, metal removal, distilasi, membran RO. Teknik ini dapat menghilangkan semua partikel terlarut, tersuspensi bahkan semua mineral juga dapat dihilangkan, sehingga air yang diolah menjadi setara air murni.
Ø Tidak mengandung racun dapat dilakukan dengan netralisasi racun, filter karbon aktif.
Ø Tidak kekurangan Mineral dapat dilakukan dengan penambahan mineral tertentu (mineral enrichment).

Pemenuhan persyaratan mikrobiologi
Ø Tidak terdapat Nematoda dapat dilakukan dengan filtrasi polister.
Ø Tidak mengandung patogen dapat dilakukan dengan disinfeksi menggunakan kaporit (Chlor), Na-hypoklorit, KMnO4, Ozon, radiasi UV-C, perebusan / pemanasan, Sodis.

Pemenuhan persyaratan Radioaktif
Hindarkan dari sumber radiasi pengion.


Sumber bacaan utama :
1. BPPT (1999), Kesehatan Masyarakat dan Teknologi Peningkatan Kualitas Air.
2. Linsley, RK dan Franzini, BJ. (1995), Teknik Sumber Daya Air, penerbit Erlangga Jakarta
3. Sugeng A (2005), CD-Kliping berita dan artikel dari internet
4. Salvato (1972), Environmental engineering & Sanitation, John Willy & Sons, NY.

SANITASI UDARA

SANITASI UDARA

Persiapan Bahan
Media NA steril dalam cawan petri.
Media PDA steril dalam cawan petri.
Larutan biru metil.
Pewarna gram.



Persiapan Alat
Gelas benda dan gelas penutup
Jarum spatula
Jarum ose
Pembakar bunsen
Inkubator
Colony – Counter

Cara Kerja
1. Buka media itu dan letakkan pada suatu ruangan selama 30 menit.
2. Setelah cukup waktu tutup cawan petri dikembalikan pada masing-masing cawan.
3. Inkubasi piaraan itu pada suhu 370C selama 2 x 24 jam.
4. Amati koloni yang tumbuh baik kapang (pada media PDA) maupun bakteri (pada media NA).
5. Buatlah preparat basah berwarna untuk kapang dan khamir dan pewarnaan gram untuk bakteri.
6. Amati tiap preparat di bawah mikroskop.
7. Tentukan jumlah jasad renik dari ruangan itu, dengan cara :
a. Perhatikan banyaknya agar yang dibuka pada suatu ruangan. Apabila ruangan itu besar media yang dibuka lebih banyak.
b. Banyaknya jasad renik di udara suatu ruangan adalah jumlah jasad renik yang jatuh pada permukaan seluas satu kubik kaki (feet) selama satu jam.
c. Hitung rata-rata jasad renik tiap satu cawan petri (NA dan PDA) dan jumlahkan. Ini berarti jumlah jasad renik tiap cawan petri.
d. Jumlah keseluruhan jasad renik dalam suatu ruang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Jumlah jasad renik ruangan = juml jasad renik tiap cawan x 60/30 x 144 in2/luas cawan in2

Pemeriksaan Borak

Pemeriksaan Borak

Peralatan :
1. Waterbath
2. Kompor
3. Pemijar (Movel Furnace)
4. Cawan Porselin
5. Mortar dan penggerus
6. Pipet ukur
7. Rak Tabung Reaksi
8. Tabung Reaksi
9. Corong
10. Sendok
11. Pengaduk kaca
12. Timbangan

Bahan :
1. Kertas Saring
2. Kertas Curcuma
3. HCl 10%
4. Lakmus merah dan lakmus biru
5. Air kapur jenuh
6. Amoniak
7. Sampel makanan

Cara Kerja :
1. Bahan makanan atau minuman kurang lebih 20 gram (sebelumnya dihaluskan dulu) masukkan kedalam cawan porselin.
2. Tambahkan larutan kapur jenuh sampai basa (lakmus merah menjadi biru).
3. Isatkan dalam waterbath.
4. Panaskan di atas kompor.
5. Pijarkan sampai menjadi abu, kemudian kerjakan sebagai berikut :
a. Sebagian abu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan HCl 10% sampai menjadi asam, saring dengan kertas saring, celupkan kertas curcuma ke dalam air hasil saringan, jika kertas curcuma memerah kembali dengan asam tambahkan amoniak menjadi hijau biru tua maka dinyatakan adanya asam borat dan boraks.
b. Sebagian abu yang masih berada di dalam cawan ditambahkan 5 ml H2SO4 pekat, aduk sampai homogen hingga larutan menjadi asam (lakmus biru menjadi merah), tambahkan 10 ml Methanol kemudian nyalakan. Jika nyala api berwarna hijau maka dinyatakan adanya asam borat dan boraks.

Pemeriksaan parasit (telur cacing) pada sayuran

Pemeriksaan parasit (telur cacing) pada sayuran

Peralatan :
1. Kerucut Imhoff volume 1 liter
2. Statif
3. Pipet tetes
4. Pipet ukur
5. Centrifuge dan tabungnya
6. Rak tabung
7. Pinset
8. Ember
9. Obyek glass
10. Cover glass

Bahan :
1. Larutan NaOH 0,2%
2. Larutan lugol 1%
3. Larutan eosin 1%
4. Aquadest
5. Sampel sayur-sayuran

Cara kerja :
1. Ambil sayuran secukupnya.
2. Rendam sayuran dalam 1 (satu) liter larutan NaOH 0,2%.
3. Diamkan selama 1 (satu) jam.
4. Setelah 30 menit sayuran digoyang-goyangkan dengan pinset lalu sayuran dikeluarkan.
5. Tuang larutan NaOH 0,2% ke dalam keruct Imhoff diamkan selama 1 (satu) jam.
6. Setelah 1 (satu) jam larutan bagian atas dibuang, sisakan 10 – 15 ml.
7. Masukan larutan NaOH 0,2% ke dalam tabung centrifuge lalu diputar dengan kecepatan 1500 rpm selama 15 menit.
8. Buang larutan bagian atas dan endapan bagian bawah diambil untuk diperiksa secara mikroskopis.
9. Ambil larutan lugol / eosin memakai pipet dan teteskan satu tetes pada obyek glass.
10. Ambil endapan dari tabung centrifuge satu tetes lalu teteskan pada obyek glass yang telah diberi lugol.
11. Tutup dengan hati-hati dengan cover glass (cairan harus merata dan tidak boleh ada gelembung udara).
12. Amati di bawah mikroskop.

Pemeriksaan pewarna sintetis pada makanan

Pemeriksaan pewarna sintetis pada makanan

Peralatan :
1. Gelas kimia
2. Pengaduk
3. Sendok
4. Pinset
5. Krustang
6. Pipet ukur
7. Pipet tetes
8. Pipet filler
9. Kompor

Bahan :
1. Sampel makanan atau minuman
2. Larutan KHSO4 10%
3. Larutan NH4OH 10%
4. Larutan CH3COOH encer
5. Benang wool
6. Kertas lakmus biru dan merah

Cara Kerja
PEWARNA YANG DIPERBOLEHKAN
1. Ambil sampel makanan atau minuman yang telah diencerkan ± 50 ml.
2. Tambahkan larutan KHSO4 10% ± 0,5 ml sampai kondisi asam. (lakmus biru menjadi merah)
3. Panaskan sampai dengan mendidih
4. Bila telah mendidih tambahkan benang wool
5. Lanjutkan pendidihan selama 10 menit.
6. Ambil benag wool dan dicuci sampai dengan bersih.
7. Benang wool yang telah dicuci dibagi 2 (dua) bagian :
· 1 (satu) bagian benang wool ditetesi dengan larutan NH4OH 10% sehingga terjadi perubahan warna. Benang wool menjadi lebih kotor. Apabila terjadi perubahan tersebut makanan atau minuman tersebut mengandung atau positif pewarna alam.
· 1 (satu) bagian benang wool ditambah H2O ± 50 ml dan larutan NH4OH 10% ± 0,5 ml kemudian didihkan selama 10 menit. Setelah pendidihan selama 10 menit, benang wool diambil dan diganti dengan benang wool yang masih baru. Tambahkan larutan KHSO4 10% ± 0,5 ml lanjutkan pendidihan selama 10 menit. Apabila benang wool dan cairan berwarna maka makanan atau minuman tersebut mengandung atau positif pewarna sintetis yang diperbolehkan.

PEWARNA YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN
1. Ambil sampel makanan atau minuman yang telah diencerkan ± 50 ml.
2. Tambahkan larutan NH4OH 10% ± 0,5 ml sampai kondisi basa. (lakmus merah menjadi biru)
3. Panaskan sampai dengan mendidih
4. Bila telah mendidih tambahkan benang wool
5. Lanjutkan pendidihan selama 10 menit.
6. Ambil benag wool dan dicuci sampai dengan bersih.
7. Masukan benang wool yang telah bersih ke dalam larutan CH3COOH encer ± 50 ml.
8. Panaskan sampai mendidih
9. Benang wool diambil dan diganti dengan benang wool yang masih baru.
10. Lanjutkan pendidihan sampai 10 menit.
11. Apabila cairan tidak berwarna dan benang wool berwarna maka makanan atau minuman tersebut mengandung atau positif pewarna sintetis yang tidak diperbolehkan.

Pemeriksaan pemanis sintetis

Pemeriksaan pemanis sintetis

Peralatan :
1. Beaker glass
2. Pengaduk
3. Gelas ukur
4. Labu gondok
5. Statif
6. Cawan porselin
7. Tabung reaksi
8. Waterbath
9. Pipet tetes
10. Pipet ukur

Bahan :
1. Sampel minuman atau makanan
2. Larutan H2SO4
3. Larutan Eter
4. Larutan KNa Tartrat 3%
5. Larutan Nesler
6. Larutan NaNO2 10%
7. Larutan BaCL2 10%
8. Aquadest

Cara kerja :
1. Ambil sampel sebanyak 100 ml/gram.
2. Tambahkan larutan H2SO4 ± 0,5 ml sampai kondisi asam. (lakmus biru menjadi merah)
3. Masukkan sampel ke dalam labu gondok dan ektraksi dengan larutan Eter sebanyak 25 ml, lakukan sebanyak 2 (dua) kali.
4. Lapisan eter dipisahkan dan dikeringkan.
5. Tambahkan aquades sebanyak 10 ml.
6. Bagi dalam 2 bagian.

Pemeriksaan Sakarin
ü Masukkan 5 ml residu ke dalam tabung reaksi.
ü Tambahkan larutan KNa Tartrat 3% 0,5 ml.
ü Tambahkan larutan Nesler 0,5 ml.
ü Kocok dan amati. Apabila residu terbentuk larutan dan endapannya berwarna kuning berarti makanan atau minuman tersebut mengandung atau positif Sakarin.

Pemeriksaan Cyklamat
ü Masukkan 5 ml residu ke dalam cawan porselin
ü Tambahkan 5 tetes larutan NaNO2 10%.
ü Tambahkan 5 tetes BaCL2 10%.
ü Panaskan atau isatkan dalam waterbath selama 10 menit.
ü Bila terbentuk endapan putih berarti makanan atau minuman tersebut mengandung atau positif Cyklamat.

Pemeriksaan Bakteri Coliform (MPN)

Pemeriksaan Bakteri Coliform (MPN)

Peralatan
1. Botol sampel steril
2. Pipet ukur 10 ml dan 1 ml steril
3. Pipet filler
4. Pembakar bunsen
5. Inkubator
6. Tabung reaksi
7. Tabung durham
8. Rak tabung reaksi
9. Timbangan
10. Mortar dan penggerus

Bahan :
1. Sampel makanan dan minuman
2. Media Lactosa Broth (LB)
3. Media Brillian Green Bile Lactose Broth (BGLB)
4. Alkohol
5. Kapas
6. Karet
7. Label
8. Kertas payung
9. Kertas aluminium foil
10. Korek api

Cara Kerja :
Uji Duga
1. Aseptiskan tangan, alat dan tempat kerja.
2. Bila sampel padat lakukan pengenceran. Timbang sampel sebanyak 10 gram masukkan ke dalam air pengencer 90 ml, sebagai pengenceran 10-1.
3. Ambil sampel masing-masing 10 ml masukkan ke dalam kelompok tabung 1/LBDS (double strenght lactose broth/laktosa cair konsentrasi 2 x lipat).
4. Ambil sampel masing-masing 1 ml masukkan ke dalam kelompok tabung 2/LBSS (single strength lactose broth/laktosa cair konsentrasi normal).
5. Ambil sampel masing-masing 0,1 ml masukkan ke dalam kelompok tabung 3/LBSS (single strength lactose broth/laktosa cair konsentrasi normal).
6. Homogenkan dan bungkus dengan kertas pembungkus.
7. Inkubasi semua piaraan pada suhu 370C selama 2 x 24 jam.
8. Amati piaraan itu setiap 24 jam. Apabila timbul gas dalam 24 jam menunjukkan uji positif dan apabila dalam 24 jam belum timbul gas dilanjutkan sampai dengan 2 x 24 jam. Apabila setelah 2 x 24 jam tidak terbentuk gas maka uji ini dikatakan hasilnya negatif yang berarti pula bahwa makanan atau minuman tidak tercemar coliform.

Uji Penegasan :
1. Aseptiskan tangan, alat dan tempat kerja.
2. Ambil tabung yang positif (adanya gelembung gas yang tertangkap oleh tabung durham) maupun yang meragukan.
3. Inokulasikan dengan jarum ose dari kelompok tabung 1/LBDS yang positif ke kelompok tabung 1/BGLB.
4. Inokulasikan dengan jarum ose dari kelompok tabung 2/LBSS yang positif ke kelompok tabung 2/BGLB.
5. Inokulasikan dengan jarum ose dari kelompok tabung 3/LBSS yang positif ke kelompok tabung 3/BGLB.
6. Homogenkan dan bungkus dengan kertas pembungkus.
7. Inkubasi semua piaraan pada suhu 370C selama 2 x 24 jam.
8. Amati piaraan itu setiap 24 jam. Apabila timbul gas dalam 24 jam menunjukkan uji positif dan apabila dalam 24 jam belum timbul gas dilanjutkan sampai dengan 2 x 24 jam. Apabila setelah 2 x 24 jam tidak terbentuk gas maka uji ini dikatakan hasilnya negatif yang berarti pula bahwa makanan atau minuman tidak tercemar coliform.
9. Catat angka kombinasi MPN dan MPN tabelnya.
10. Masukkan ke dalam rumus MPN sebenarnya.

MPN sebenarnya = MPN tabel x 1/faktor pengenceran n dari tabung tengah

Uji sanitasi alat makan metode usap (swab)

Uji sanitasi alat makan metode usap (swab)

Peralatan :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Lampu bunsen
4. Lidi kapas/swab steril
5. Pipet ukur steril
6. Pipet filler
7. Cawan petri steril
8. Inkubator
9. Colony counter
10. Sarung tangan steril
11. Spidol
12. Formulir untuk pemeriksaan laboratorium
13. Gunting
14. Termos es / tas pembawa sampel

Bahan :
1. Larutan buffer phosphat steril
2. Media PCA (Plate Count Agar)
3. Kertas cellotape
4. Alkohol
5. Kapas
6. Karet
7. Label
8. Kertas aluminium foil
9. Korek api
10. Sampel alat makan atau alat masak

Cara Kerja :
Pengambilan sampel
1. Persiapkan sarung tangan yang steril untuk mengambil sampel alat makan atau alat masak.
2. Ambil alat makan atau alat masak yang akan diperiksa masing-masing diambil 4 – 5 buah tiap jenis yang diambil acak dari tempat penyimpanan.
3. Persiapkan catatan formulir pemeriksaan dengan membagi alat makan dan alat masak dalam kelompok-kelompok.
4. Persiapkan lidi kapas steril, kemudian buka tutup tabung reaksi dan masukkan lidi kapas steril kedalamnya.
5. Lidi kapas steril dalam tabung reaksi di tekan ke dinding untuk membuang airnya baru diangkat dan diusapkan pada setiap alat makan atau alat masak.
6. Permukaan alat makan atau alat masak yang diusap, cara melakukan :
- Cangkir dan gelas : permukaan luar dan dalam bagian bibir setinggi 6 mm.
- Sendok : permukaan bagian luar dan dalam seluruh mangkok sendok.
- Garpu : permukaan bagian luar dan dalam alat penusuk.
- Piring : Permukaan dalam tempat makanan diletakkan dengan menyilang siku-siku antara garis usapan yang satu dengan garis usapan kedua.
7. Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 (tiga) kali berturut-turut.
8. Setiap satu alat menggunakan satu swab yang diusapkan dengan cara seperti pada butir 6.
9. Setelah melakukan usapan, lidi kapas dimasukkan ke dalam tabung reaksi, batang lidi kapas yang terkena tangan dipatahkan/diguntung, bibir tabung reaksi di panaskan, kemudian ditutup.
10. Tempelkan kertas label, tulis etiket dengan spidol yang menyatakan nama alat makan atau alat masak dan tempat diambilnya sampel.
11. Kirim segera ke laboratorium untuk diperiksa.

Pemeriksaan sampel
1. Aseptiskan tangan, meja dan alat kerja.
2. Ambil suspensi sebanyak 1 ml dan 0,1 ml masing-masing masukkan ke dalam cawan petri steril dan beri label.
3. Tuangkan media PCA sebanyak ± 15 ml atau 1/3 tinggi cawan.
4. Homogenkan membentuk angka 0 atau 8, tunggu sampai padat/membeku, bungkus dengan kertas pembungkus.
5. Inkubasi piaran dengan suhu 370C selama 2 x 24 jam.

Rumus :

Jml koloni/cm2 = ((koloni sampel/1ml) + (koloni sampel/0,1ml))/2 x 5 x (luas diusap/luas alat)

Pemriksaan sanitasi tanah (telur parasit)

Pemriksaan sanitasi tanah (telur parasit)

A. PENETAPAN LOKASI

Lokasi pengambilan sampel tanah adalah di halaman rumah-rumah penduduk misalnya di desa percontohan kesehatan lingkungan, P2LDT, daerah kumuh, desa nelayan, daerah transmigrasi dan lain-lain.
Lokasi pengambilan sampel adalah di lokasi yang ada program jambu. Prioritas lokasi adalah di halaman rumah penduduk yang diperkirakan belum semua anggota keluarganya menggunakan jamban.

Titik lokasi pengambilan sampel di tempat-tempat sebagai berikut :
a. Di dalam rumah, yang berlantai tanah perlu di ambil sampel tanah, seperti pada tempat-tempat yang dipakai pada ruang keluarga sekitar dapur dan kamar mandi.
b. Di halaman rumah, seperti sekitar tempat bermain anak-anak, sekitar jamban, halaman yang lembab atau di halaman rumah yang diperkirakan tercemar kotoran manusia.



B. PENGAMBILAN SAMPEL

Sampel tanah yang dimaksud adalah tanah permukaan. Tanah permukaan adalah bagian dari tanah yang berada pada permukaan. Bagian tanah ini diambil dengan mudah dengan cara pengerokan dengan sendok semen. Hal ini penting diketahui karena telur/larva cacing usus yang tersebar pada tanah adalah berada pada permukaan tanah.
1. Peralatan
Alat-alat yang dipergunakan untuk mengambil sampel adalah :
a. Garpu tanah
b. Sendok semen
c. Kantong plastik
d. Spidol
2. Cara Pengambilan
Setelah titik lokasi ditentukan lakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Bersihkan titik lokasi tersebut dengan farpu tanah dari dahan-dahan, rumput-rumput kering dan kerikil.
b. Siapkan kantong plastik kemudian diberi kode lokasi dan tanggal pengambilan sampel dengan spidol permanen.
c. Keroklah tanah permukaan pada lokasi tersebut seluas ± 40 x 40 cm2 dengan menggunakan sendok semen sebanyak ± 100 gram.
d. Ikatlah kantong-kantong plastik yang telah terisi dengan baik, untuk dikirim ke laboratorium. Jadi tiap rumah diperoleh 4 kantong sampel tanah.

E. PENGIRIMAN SAMPEL
Pengiriman sampel ke laboratorium hendaknya tidak lebih dari 7 hari. Dalam perjalanan hendaknya tidak terlalu panas.
Bila laboratorium puskesmas belum dapat melakukan pemeriksaan, dapat dikirim ke laboratorium Rumah Sakit, atau ke laboratorium lain yang terdekat.

F. PEMERIKSAAN SAMPEL
Sasaran
Sasaran pemeriksaan adalah telur dan larva cacing usus yaitu :
a. Telur untuk cacing : Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, cacing tambang
b. Larva untuk cacing : Strongiloides

Reagensia
Reagensi yang diperlukan :
a. Larutan hipoklorid 30%
b. Larutan Magnesium Sulfat (282 gr/liter)
c. Eosin
d. Aquadest

3. Peralatan
Alat-alat yang digunakan adalah :
a. Sendok tanah
b. Sentrifuse lengkap dengan tabung
c. Tabung reaksi dengan rak
d. Obyek glass (kaca benda)
e. Deck glass (kaca tutup)
f. Gelas ukur 1.000 ml
g. Steering rod (kaca pengaduk)
h. Hydrometer (pengukur BD)
i. Mikroskop
j. Kain kasa (5 cm x 5 cm)
k. Kaos kecil
l. Aplikator
m. Corong
n. Timbangan

4. Prosedur
a. Timbang sampel tanah yang telah dibersihkan dari kerikil dan daun-daunan (rumput-rumput kering) sebanyak 5 gram.
b. Masukkan tanah ini ke dalam tabung-tabung setrifuse.
c. Tambahkan 20 ml larutan hipokhlorit ke dalam tabung yang berisi tanah.
d. Aduk dengan steering rod hingga merata dan diamkan selama 1 jam.
e. Setelah semua rumah tabung dalam sentrifuse terisi semua, hidupkan sentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama kurang lebih 2 menit. Lakukan kegiatan ini sampai 2 kali.
f. Setelah diputar selama 2 menit, buang cairan supernatant.
g. Endapan tanah yang ada ditambah dengan larutan MgSO4 yang telah disiapkan sampai mencapai lebih kurang ¾ volume tabung.
h. Putar lagi dengan sentrifuse dengan kecepatan 2500 rpm selama 5 menit.
i. Sentrifuse dihentikan, ambil tabung-tabung sentrifuse ini, tempatkan dalam rak yang telah tersedia.
j. Tambahkan larutan MgSO4 dengan BD 1.260 ke dalam tabung-tabung sentrifuse sehingga mencapai permukaan tabung dan permukaannya sedikit mengembung. Diamkan beberapa menit.
Pengaturan BD MgSO4 dapat dilakukan dengan penambahan air bila BD-nya tinggi sedangkan bila BD MgSO4 rendah (H.1.260) ditambah dengan larutan MgSO4.
k. Tutupkan deck glass kepada tiap-tiap tabung ini dan tunggu selama 30 menit. Jika ada telur dan larva cacing dalam tanah tersebut maka telur dan larva tersebut sudah mengapung dan menempel pada deckglass.
l. Pindahkan deck glass ini ke atas sebuah kaca benda (object glass). Jika perlu tambahkan eosin sebagai pewarna, maka sediaan telah siap.
m. Periksa sediaan ini di bawah mikroskop dan identifikasi telur/larva cacing usus yang ada.
n. Lakukan pemeriksaan terhadap semua sampel yang diterima.

F. INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN
Suatu titik lokasi dinyatakan positif (+) apabila paling sedikit 1 (satu) di antara keempat sediaan yang diperiksa dan titik lokasi tersebut positif telur atau larva cacing tersebut.

Periksa kekerasan pasir untuk saringan pasir

Periksa kekerasan pasir untuk saringan pasir

Alat dan Bahan :
- Pipet ukur
- Gelas ukur
- Oven / incubator
- Pengayak dengan diameter mess tertentu
- Pasir kwarsa (media filter)
- Asam sulfat pekat (H2SO4 )
- Air jernih

Cara Kerja :
- Pilih pasir yang akan diuji
- Pilih diameter tertentu dengan cara diayak
- Cuci dengan air hingga besih (air bekas cucian betul-betul jernih)
- Keringkan dalam oven (105oC)
- Masukkan pasir dengan volume tertentu kedalam gelas ukur (Catat volumenya, misal : A ml).
- Masukkan secara hati-hati larutan asam sulfat pekat kedalam gelas ukur hingga semua pasir terendam.
- Diamkan selama 24 jam
- Setelah 24 jam, kemudian asam sulfat dituang / isatkan.
- Psir dicuci dengan air hingga bersih (air bekas cucian betul-betul jernih)
- Amati volume pasir yang tersisa (catat volume sisa, misal : B ml)
- Hitung persentasi volume pasir yang keras, dengan rumus sbb. :
A - B
K = ----------- x 100%
A

Porositas tanah

Porositas tanah

Alat dan Bahan :
- Pipet ukur
- Gelas ukur
- Oven / incubator
- Pasir / Tanah
- Air jernih

Cara Kerja :
- Siapkan tanah yang sudah dikeringkan
- Masukkan kedalam gelas ukur dengan volume tertentu. (catat volumenya, misal: X)
- Masukkan / teteskan air sedikit demi sedikit hingga permukaan air rata denganpermukaan tanah. (catat volume air yang digunakan, misal: Y)
- Hitung porositas tanah (P) dengan rumus :
Y
P = ------ x 100%
X

Permiabilitas tanah

Permiabilitas tanah

Alat dan Bahan :
- Pipet ukur
- Gelas ukur
- Tabung uji permiabilitas
- Oven / incubator
- Pasir / Tanah
- Air jernih

Cara Kerja :
- Siapkan tanah yang sudah dikeringkan
- Pasangkan kain tile (kain kasa/filter) pada alas tabung uji.
- Masukkan tanah kering kedalam tabung uji setebal minimal 40 Cm.
- Tutup kran pematus pada tabung uji
- Masukkan air jernih kedalam tabung uji sampai tanah dimaksud menjadi jenuh (Moisture / kelembaban 100%).
- Tambahkan air jernih sampai dengan volume tertentu (catat volumenya, misal: J ml)
- Buka kran pematus, kemudian tampung airnya. Catat lama pembukaan kran (misal: K menit). Catat pula volume air yang tertampung (misal: L ml).
- Catat sisa air jernih pada tabung uji (misal: S ml)
- Catat luas tabung uji (misal: A cm2)
- Hitung permiabilitas tanah (Pm) sbb.
Pm = L/K/A ml/menit/cm2

Pendugaan Air Tanah

Pendugaan Air Tanah

Metode :
A. Tradisional / konvensional :
- Daun pisang yang di tengkurapkan di tanah yang diduga, selama semalam suntuk à positip ada air bila jumlah embun besar. Dilakukan pada musim paling kering (September).
- Melempar tampah, digelindingkan à tempat berhenti tengkurap à positip ada air
- Revealer à menggunakan dua buah ranting kering bercabang yang dipegang dengan tangan kanan-kiri à positip air bila ujung ranting saling berhimpit.
- Dll.

B. Indikator lingkungan
- Memperhatikan daerah yang paling rendah (lembah) à buat sumur.
- Terdapat lebih banyak tumbuhan menghijau
- Bila di padang tandus / pasir à diatasnya banyak burung terbang berputar-putar.
- Bila pelepah dahan pohon kelapa SENGKLEH / semplak berarti ada air tanah dengan kedalaman < 10 M.
- Dll

C. Metode Sonar (radar):
- dengan instrument pembangkit dan penangkap gelombang à hasilnya ditampilkan dalam grafik kerapatan batuan. Perbedaan kerapatan ditafsirkan akan selalu berhubungan dengan kadar air dalam batuan.

D. Metoda Loren :
- ini identik dengan revealer, menganggap bahwa tubuh manusia seperti hal dioda. Tubuh manusia bila menginjak tanah akan mengalirkan listrik dengan muatan tertentu ( - / + ) yang kemudian dialirkan ke ujung revealer. Bila bermuatan kembar akan tolak-menolak (ujung reveler akan membuka) à menunjukan bahwa tanah yang diinjak dibawahnya tidak ada air.
- Pengguna revealer disyaratkan harus memiliki hambatan jenis tertentu (1 kOhm). Diukur dengan memegang ujung elektroda multi tester, dengan posisi ukur ohm-meter. Berhubungan dengan sensitivitas.

E. Metode Remote sensing (penginderaan jauh)
- Menggunakan interpretasi (tafsir) foto udara atau foto satelit.
à 9 Kunci interpretasi :
- Rona/warna (Tone/Color)
- Bentuk/Shape
- Ukuran/Size
- Pola/Pattern
- Kekasaran/Texture
- Tinggi/Height
- Bayangan/Shadow
- Situs/Site
- Asosiasi/ Association

F. Metode Resistifity meter (geolistrik)
- Prinsip kerja : mengalirkan listrik searah kedalam bumi, kemudian diukur nilai resistan-nya (nilai hambatan). Semakin kecil nilai hambatan berarti semakin basah. à banyak air.
- pertama kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912
- merupakan salah satu metoda geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC ('Direct Current') yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah
- berguna untuk mengetahui karakteristik lapisan batuan bawah permukaan sampai kedalaman sekitar 300 m sangat berguna untuk mengetahui kemungkinan adanya lapisan akifer yaitu lapisan batuan yang merupakan lapisan pembawa air.
- Umumnya yang dicari adalah 'confined aquifer' yaitu lapisan akifer yang diapit oleh lapisan batuan kedap air (misalnya lapisan lempung) pada bagian bawah dan bagian atas. 'Confined' akifer ini mempunyai 'recharge' yang relatif jauh, sehingga ketersediaan air tanah di bawah titik bor tidak terpengaruh oleh perubahan cuaca setempat
- Dipandu dengan peta hydrologi. Dilengkapi fasilitas koordinat UTM (universal Tele Mercator), bisa dengan koordinat Bujur dan Lintang. Perlu GPS (global positioning system).

Pengukuran Kapasitas Air

Pengukuran Kapasitas Air

1. Pendahuluan

Dalam rangka penyediaan air bersih bagi masyarakat perlu diketahui kapasitas air yang tersedia. Untuk mengetahui kapasitas air yang tersedia perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran kapasitas air (debit air) dapat dilakukan mulai dengan cara yang paling sederhana hingga yang canggih.

2. Teknik pengukuran debit

a. Saluan terbuka

Gordon, dkk (1992) mengemukakan tentang teknik pengukuran debit aliran di lapangan dapat dilakukan melalui empat kategori, yaitu (a). Pengukuran volume air sungai, (b). Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan luas penampang melintang, (c). Pengukuran debit dengan menggunakan bahan pewarna yang dialirkan dalam aliran sungai, (d). Pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir dan flume. Penjelasan tentang pengukuran debit menggunakan weir dan flume dapat dilihat pada lampiran.
Diantara beberapa teknik pengukuran debit yang ada, pengukuran debit aliran yang sederhana adalah menggunakan rumus kontinyuitas. Debit aliran (Q) dipertoleh dengan mengalikan kecepatan aliran (V) dengan luas penampang melintang (A), secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Q = A.V.

Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan memperkirakan debit empiris menggunakan persamaan empiris dari manning. Cara ini dikenal sebagai slope-area methode. Bentuk persamaan manning adalah untuk memperoleh angka kecepatan pada saluran terbuka. Adapun rumusnya sebagai berikut :

V = (1/n) r 2/3 S 1/2

Dimana :
V = kecepatan aliran (m/dt),
r = jari-jari hidrolik (m),
S = kemiringan permukaan air, dan
n = angka koefisien kekasaran manning.

Pengukuran kecepatan aliran dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan uji celup. Uji celup dilakukan dengan cara meletakan bola pingpong (atau benda terapung lainnya) diatas permukaan aliran air. Tentukan jarak tempuh bola pingpong dimaksud, misal J meter, Catat waktu tempuh bola pingpong sejauh J meter, misal ; t menit. Kecepatan (V) aliran adalah : J / t meter/menit.
Apabila data kecepatan (V) diatas di ketahui dan luas penampang melintang juga diketahui, maka selanjutnya dapat dihitung debit aliran(Q) menggunakan persamaan Q = A.V.

b. Saluran tertutup

Pengukuran debit pada saluran tertutup (pipa) dapat dilakukan dengan instrumen watermeter, venturymeter, flowmeter. Hasil pembacaan Venturymeter dan flowmeter adalah data tentang kecepatan aliran air (V). luas penampang pipa (A) dapat diukur dan dihitung dengan rumus ¼ p D2 . Selanjutnya data kecepatan dan luas penampang pipa digunakan untuk menghitung debit air Q = V.A.

Cara sedehana dapat dilakukan dengan bantuan alat penakar. Sebuah kontainer dengan volume tertentu (vol) digunakan untuk menampung aliran dari pipa selama waktu tertentu (t). Selajutnya data yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung debit air (Q) dalam pipa dimaksud. Debit air dapat dihitung dengan rumus Q = Vol / t .

Pengukuran debit air dalam pipa dapat juga dilakukan dengan bantuan Nomograph Hazen-William, apabila telah diketahu data diamater pipa (D), Kemiringan pipa (S), dan jenis material pipa (C).

c. Air tanah

Pengukuran debit air tanah yang keluar melalui mata air atau sumur dapat diukur. Pengukuran debit air sumur dapat dilakukan dengan bantuan pemompaan. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah :
- Ukur / hitung volume air sumur stabil (maksimal). Bila sumur berbentuk lingkaran, maka volume air dihitung berdasarkan rumus volume silinder (T x ¼ p D2 ), misal l m3.
- air sumur dipompa / dikuras sampai habis.
- Biarkan air sumur terisi kembali sampai dengan volume semula, catat waktu yang diperlukan untuk pengisian air sumur seperti volume semula, misal t menit.
- Hitung debit air sumur (Q), dengan rumus ; Q = l / t m3/menit .

Untuk mengukur debit mata air dapat dilakukan salah satu teknik diatas, yakni bisa dengan bantuan aliran dalam pipa menggunakan flowmeter, Weir, saluran terbuka, atau dengan cara menakar.
Pengukuran debit air tanah secara menyeluruh harus dilakuan dengan analisis / perhitungan flow net yang akan dibahas kemudian.

d. Air limbah

Pengukuran debit air limbah dapat dilakukan dengan rumus kontinuitas pada aliran air permukaan, Weir, Flume, menakar dan dapat pula melalui pendekatan kapasitas pemompaan.

Eksploitasi Air Tanah

Eksploitasi Air Tanah

Teknik eksploitasi air tanah yang paling sederhana adalah dengan pembuatan sumur gali dan sumur bor. Di bawah ini disajikan beberapa teknik pengeboran sederhana.

1. Cara AugerA. ALAT :
Mata bor auger ø 30 cm atau 10 cm, 1 bh
Batang auger ø 0,75” a’ 1 m, 10 bh
Klem pemutar ø 0,75” , 2 bh
Pompa lumpur
Pipa besi (gi) ø 1,25”, 2 bt
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Knee besi (gi), 1 bh
Tripod bambu
Papan pelurus

B. BAHAN :
Pelumas

C. CARA KERJA :

Sambungkan mata bor auger dgn batang auger
Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd batang auger
Gali lubang sedalam 0,3 m & pasang papan pelurus di atas titik pengeboran yg direncanakan
Lakukan pengeboran dgn cara menekan ke bawah dgn kuat & memutar ke kanan batang auger pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
Secara berkala (bila mata bor auger sdh penuh tanah), angkat batang auger ke atas tanah untuk membersihkannya
Lakukan penyambungan batang auger pd saat diperlukan (bila ujung atas batang auger sdh setinggi 0,5 m dari muka tanah)
Bila sdh mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn pompa lumpur, pompa kodok, at pipa besi+knee yg difungsikan spt pipet penyedot lumpur


2. Cara Rojok

ALAT :
Mata bor rojok ø 1,25”, 1 bh
Pipa rojok ø 0,75” a 3 m, 5 bh
Klem pemutar ø 0,75” , 2 bh
Pompa lumpur
Pipa besi (GI = Galvanized Iron) ø 1,25”, 2 bt
Papan pelurus, 1 bh
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Knee besi (GI), 1 bh

B. BAHAN : -
Pelumas

C. CARA KERJA :
1. Sambungkan mata bor dgn pipa rojok
2. Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd batang pipa rojok
3. Lakukan pengeboran dgn cara mengangkat & menjatuhkan dgn kuat pipa bor rojok & diputer ke kanan (searah jarum jam) pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
4. Lakukan penyambungan pipa bor pd saat diperlukan (bila ujung atas pipa rojok sdh setinggi + 0,5 m dari muka tanah)
5. Bila sdh mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn pompa lumpur, pompa kodok, at pipa besi+knee yg difungsikan spt pipet penyedot lumpur


3. Cara Pantek

ALAT :
Mata bor pantek ø 1,25”, 1 bh
Pipa pantek ø 1,25” a 6 m, 3 bh
Kerek dobel, 1 bh
Tali, 20 m
Besi pemberat dgn dua lubang kanan & kiri, 1 bh
Klem penahan pemberat
Klem pemutar ø 1,25” , 2 bh
Pompa lumpur, 1 bh
Papan pelurus, 1 bh
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Knee besi (gi), 1 bh

B. BAHAN : -
Pelumas

C. CARA KERJA :
Pasang klem penahan & besi pemberat pd pipa pantek, ikatkan tali penarik pd lubang di kanan kiri pemberat
Sambungkan mata bor dgn pipa pantek & kerek dobel, pasang tali pd kerek
Angkat & tegakkan pipa bor di atas tanah
Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd batang pipa pantek
Lakukan pengeboran dgn cara menarik & melepaskan tali unt mengangkat & menjatuhkan pemberat pd pipa pantek& memutar pipa pantek ke kanan (searah jarum jam) pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
Lakukan penyambungan pipa bor pantek saat diperlukan (bila posisi klem pemutar sdh setinggi + 0,5 m dari muka tanah)
Bila sdh mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn pompa lumpur, pompa kodok, at pipa besi+knee yg difungsikan spt pipet penyedot lumpur


4. Cara Jetting

A. ALAT
Tripod besi, 1 set
Kerekan, 1 bh
Swivel head, 1 bh
Lier hand
Kabel rit, 15 m
Motor pompa 4-5 pk, 1 bh
Slang hisap, 1 bh
Slang hantar, 1 bh
Pipa bor ø 1,25” a’ 3m, 10 bt
Mata bor jetting, 1 bh
Klem pemutar ø 1,25” , 1 bh
Klem ø 1,25” , 1 bh
Pemberat (balok kesi)
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Papan pelurus

B. BAHAN :
1. PREMIUM, 5 L
2. Pelumas

C. CARA KERJA :
Pasanglah tripod, kerekan, swivel head, lier hand, kabel rit, motor pompa, slang hisap & slang hantar menjadi satu kesatuan
Gali lubang sedalam 0,3 m & pasang papan pelurus di atas titik pengeboran yg direncanakan
Sambungkan mata bor jetting dgn pipa bor & pasangkan pd ujung bawah swivel head
Pasang klem & pemberat besi pd pipa bor bag atas, di bawah swivel head
Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd pipa bor
Hubungkan slang hisap dgn sumber air & hidupkan motor pompa
Lakukan pengeboran dgn cara menekan ke bawah dgn kuat & memutar ke kanan pipa bor pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
Lakukan penyambungan pipa bor pd saat diperlukan (bila ujung atas pipa bor sdh setinggi 0,5 m dari muka tanah)
Bila sdh mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn menghidupkan motor pompa terus beberapa saat sampai air yg keluar dari lubang jernih

5. Cara Rojet (Rojok-Jetting)

A. ALAT :
1. Mata bor rojok berlubang ø 1,25”, 1 bh
2. Knee & potongan pipa ø 0,75” , 1 set
3. Pipa rojok ø 0,75” a 3 m, 5 bh
4. Motor pompa 4-5 pk, 1 bh
5. Slang hisap ø 0,75”, 10 m
6. Slang hantar ø 0,75”, 10 m
7. Klem pemutar ø 0,75” , 2 bh
8. Papan pelurus, 1 bh
9. Kunci inggris, 1 bh
10. Kunci pas, 1 set
11. Kunci trimo, 1 bh
12. Kunci rantai, 1 bh

B. BAHAN :
Premium 5 l
Pelumas

C. CARA KERJA :
1. Sambungkan mata bor dgn pipa rojok
2. Pasangkan dgn kuat klem pemutar pd batang pipa rojok
3. Pasang motor pompa, slang hisap & slang hantar
4. Pasang knee & potongan pipa pd ujung atas pipa rojok & hubungkan dgn slang hantar
5. Pasang papan pelurus di atas titik pengeboran yg direncanakan
6. Hubungkan slang hisap dgn sumber air, dan hidupkan motor pompa
7. Lakukan pengeboran dgn cara mengangkat & menjatuhkan dgn kuat pipa bor rojok & diputer ke kanan (searah jarum jam) pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah plus 1sampai 2 meter dlm lubang
8. Lakukan penyambungan pipa bor pd saat diperlukan (bila ujung atas pipa rojok sdh setinggi + 0,5 m dari muka tanah)
9. Bila sudah mencapai air tanah, lakukan pembersihan lumpur dgn menghidupkan motor pompa terus beberapa saat sampai air yang keluar dari lubang jernih

6. Cara Semi Otomatis (Hydradrill)

A. ALAT :
Tripod besi, 1 set
Kerekan, 1 bh
Swivel head hidradrill 1 bh
Lier hand
Kabel rit, 15 m
Motor hydradrill p 200, 3 pk, 1 bh
Motor pompa 3 pk, 1 bh
Slang hisap & saringan, 1 bh
Slang hantar, 1 bh
Pipa bor ø 0,75” a’ 1,5 m, 20 bt
Mata bor hydradrill, 1 bh
Kunci inggris, 1 bh
Kunci pas, 1 set
Kunci trimo, 1 bh
Kunci rantai, 1 bh
Papan pelurus

B. BAHAN :
1. Premium, 5 l
2. Pelumas

C. CARA KERJA :
Pasanglah tripod, kerekan, swivel head, lier hand, kabel rit, motor pompa, slang hisap & slang hantar menjadi satu kesatuan (tripod & kerekan berfungsi untuk menahan mesin hidradrill pd saat dilakukan penyambungan pipa bor)
Gali lubang sedalam 0,3 m & pasang papan pelurus di atas titik pengeboran yg direncanakan
Sambungkan mata bor hidradrill dgn pipa bor & pasangkan pd ujung bawah swivel head
Hubungkan slang hisap dgn sumber air & hidupkan motor pompa
Lakukan pengeboran dgn cara menahan mesin motor hydradrill di sebelah kanan & kiri serta menekan ke bawah dgn kuat pd titik pengeboran yg dituju secara berulang-ulang, sampai mencapai kedalaman muka air tanah + 1sp 2 meter dlm lubang
Lakukan penyambungan pipa bor pd saat diperlukan (bila ujung atas pipa bor sdh setinggi 0,5 m dari muka tanah)

7. Pembuatan Sumur Gali (SGL)

A. ALAT :
Cangkul, 2 bh
Linggis, 1 bh
Cetok, 1 bh
Sekop, 1 bh
Ember/kranjang, 2 bh
Tangga, 2 bh a” 4 m
Tali, 20 m
Kerek/katrol. 1 bh
Parang
Gergaji

BAHAN :

CARA KERJA :
Tentukan lokasi yang tepat sesuai hasil pendugaan dan bebas pencemaran
Buat garis batas horizontal penggalian, biasanya berupa lingkaran
Buat tripod bambu & pasang kerek/katrol pada puncak tripod
Pasang tali pada kerek dan ikat ember/kranjang di masing-2 ujung tali
Lakukan penggalian dengan alat-alat yang tersedia sampai kedalaman muka air tanah + 1 sp 2 m
Minimum diperlukan 2 orang pekerja yang bekerja bergantian di atas & di bawah
Tanah galian diangkat ke atas permukaan tanah secara bertahap dengan kerek

Pengolahan Lumpur eks IPAL

Pengolahan Lumpur eks IPAL

Prinsip pengolahan lumpur adalah mengurangi kadar air dan volume lumpur melalui pengentalan, pengeringan, pemadatan, atau untuk menghancurkan racun melalui pembakaran, atau membunuh patogen melalui dekomposisi / degradasi fisik. Beberapa unit pengolahanan lumpur yang banyak dikenal adalah sbb. :

a. Sludge conditioningSludge conditioning dapat dilakukan melalui penggumpalan dengan bahan kimia koagulan seperti pada proses koaglasi-flokulasi. Bahan koagulan yang digunakan juga sama yakni Tawas, feri klorida, PAC atau kadang menggunakan kapur tohor atau abu dapur / incenerator.
Teknik yang lain adalah dengan cara pemanasan dan pengepresan lumpur. Panas yang digunakan sekitar 350 – 450 oF (177 – 232 oC) dan tekanan pengepresan 150 – 300 psi (10,5 – 21,0 kg/cm2).

b. Sludge thikening (pengentalan lumpur)Proses ini bisa dengan teknik pengapungan (floating) atau juga dengan teknik pengendapan gravitasi ( gravity thickening). Pengapungan dilakukan dengan menginjeksikan udara bertekanan 40 – 80 psi (2,8 - 5,5 kg/cm2) kedalam lumpur. Udara akan “melarut” kedalam lumpur sehingga lumpur akan terangkat dan terapung. Pengendapan gravitasi dilakukan seperti pada proses sedimentasi. Disini lumpur akan bertambah pekat, pemekatan b isa mencapai 3 – 10%.

c. Sludge stabilization (pemecahan bahan organik)
Sludge stabilization pada dasarnya adalah penguraian bahan organik biodegradeable dalam lumpur dengan memanfaatkan kerja mikroorganisme. Pada proses ini hakikatnya sama dengan pengolahan limbah secara biologi, yakni dengan cara aerobik atau cara anaerobik.
Untuk stabilisasi lumpur dipandang lebih murah menggunakan cara anaerobik. Lumpur dimasukkan dalam kontainer kedap udara (sludge digester) dan dibiarkan beberapa waktu sehingga terjadi proses penguraian oleh mekroorganisme. Pada proses ini akan dihasilkan gas methane (gas bio). Lazimnya sludge digester dibuat dua buah (untuk dua tahap). Effluent dari digester pertama masuk menjadi influent digester kedua.
Pengolahan cara aerobik prinsipnya sama dengan instalasi lumpur aktif, yakni meamasukkan udara kedalam lumpur, sehingga akan terjadi peningkatan oksigen terlarut dalam air lumpur. Banyaknya oksigen tersebut merangsang bakteri aerob untuk beraktivitas menguraikan / memecahkan bahan organik yang ada pada lumpur dimaksud.
Lumpur hasil dari proses aerobik atau anaerobik berupa lumpur stabil yang dapat digunakan untuk pupuk.

d. Sludge Dewatering / Sludge drying bed
Proses ini adalah untuk mengurangi kadar air dalam lumpur, dapat dilakukan dengan mengalirkan air pada saringan pasir (sludge drying Bed). Tebal pasir 10 – 25 Cm yang didasari kerikil setebal 10 – 45 Cm mampu memadatkan lumpur hingga 95% dalam 6 minggu bila cuaca baik.
Pengurangan air dalam lumpur dapat juga dilakukan dengan teknik vacum filter, pressure filter, Compactor, Centrifuge.

e. Incenerator
Lumpur yang dapat dibakar terlebih dahulu harus dilakukan proses pengentalan / pemekatan (thicken) dan pengurangan air (dewatering). Abu hasil pembakaran lumpur dapat digunakan untuk pengurugan lahan yang rendah (land fill).

f. Land fill
Lumpur yang dapat digunakan untuk pengisian lahan yang rendah (pengurugan = land fill) terlebih dahulu harus dilakukan proses pengentalan / pemekatan (thicken) dan pengurangan air (dewatering). Abu hasil pembakaran pada proses incenerator juga dapat digunakan untuk pengurugan lahan yang rendah (land fill).

g. FertilizerLumpur yang berasal dari IPAL ternyata dapat langsung digunakan untuk pupuk pada tanaman keras. Ada sebuah laporan riset yang merekomendasikan limbah / lumpur yang mengandung logam berat dapat digunakan sebagai pupuk pada hutan bambu yang jauh dari permukiman dan bukan daerah resapan air (catchment area).
Lumpur yang aman digunakan untuk pupuk tanaman adalah lumpur yang telah mengalami proses sludge digestion / stabilization, dewatering dan drying. Ternyata dalam lumpur IPAL pada umumnya banyak mengandung N (6%), P (4%) dan K (0,4%) serta unsur mikro lainnya yang bermanfaat bagi tanaman.

Pengolahan Limbah Secara Biologis

Pengolahan Limbah Secara Biologis


Air limbah yang mengandung pencemar organik biodegradable (bisa diurai oleh jasad renik) sangat tepat apabila diolah dengan cara biologi. Pengolahan secara biologi memiliki kelebihan yakni murah dan efisien. Kendatipun yang diolah oleh jasad renik hanyalah bahan organik biodegradable, tetapi ternyata bahan-bahan non biodegradable dan bahan non organik seperti logam berat juga bisa terkurangi bahkan hilang bila konsentrasi tidak terlalu tinggi.

Berkurangnya konsentrasi bahan non organik dalam air limbah yang diproses dengan cara biologi, adalah melalui mekanisme terjerap oleh flok (gumpalan) yang terbentuk oleh pertumbuhan koloni bakteri. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa proses pengolahan dengan cara biologi dapat berlangsung secara aerob dan anaerob. Proses aerob berarti bahwa penguraian bahan organik dilakukan oleh bakteri yang dalam aktivitasnya memerlukan kehadiran oksigen (O2). Sebaliknya, proses anaerob berarti dilakukan oleh bakteri yang aktivitasnya tidak memerlukan oksigen.

Pertumbuhan bakteri dalam proses penguraian bahan pencemar organik dibedakan dalam dua kelompok yakni (a) pertumbuhan tersuspensi (suspended growth) dan (b) pertumbuhan lekat (attached growth). Atas dasar keberadaan oksigen dan pertumbuhan bakteri dalam proses pengolahan air limbah, maka pengolahan secara biologi dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Pengolahan secara aerobik, meliputi proses lumpur aktif (pertumbuhan tersuspensi) dan pengolahan film biologi (pertumbuhan lekat). Proses lumpur aktif memiliki beragan tipe , yakni tipe konvensional /standar, aerasi diperluas (extended aeration), proses bebas bulk (lumpur tak bisa mengendap), parit oksidasi (oxidation ditch), proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Sedangkan yang termasuk tipe pengolahan film biologi, antara lain saringan tetes (trickling filter), cakram biologi (RBC = Rotating Biological Contactor), aerasi kontak (contact aeration), proses filter biologi (biofilter) dan proses media unggun biologi.

Proses lumpur aktif pada prakteknya adalah mengalirkan air limbah kedalam bak yang di aliri udara (bak aerasi). Selanjutnya dalam bak tersebut akan tumbuh koloni bakteri berwarna kelabu hingga coklat-kehitaman. Koloni bakteri inilah yang disebut sebagai lumpur aktif. Koloni bakteri akan terus tumbuh membesar sehingga membentuk gumpalan (flok). Gumpalan – gumpalan ini kemudian di endapkan di bak pengendap II, dengan cara mengalirkan air limbah dari bak aerasi. Endapan lumpur yang terbentuk di bagian bawah bak pengendap sebagian dibuang dan sebagian yang lain dikembalikan ke bak aerasi, dan cairan yang ada dibagian atas bak pengendap akan tampak jernih. Cairan yang jernih ini adalah air limbah yang sudah bersih dari bahan organik pencemar.

Reaktor pertumbuhan lekat seperti saringan tetes berupa tumpukan kerikil dengan tinggi > 2m dan air limbah dialirkan menetes dari atas. Pada permukaan batu kerikil akan tumbuh koloni bakteri, yang semakin lama semakin tebal sehingga akan terkelupas. Koloni bakteri yang terkelupas ini ditampung dalam bak pengendap II.

Pengolahan air limbah dengan proses aerob cocok untuk pengolahan air limbah yang memiliki BOD <>4000 mg/lt lebih cocok diolah dengan proses anaerob.

2) Pengolahan secara anaerobik meliputi pencerna anaerob (anaerobic digestion) dan UASB (Upflow Anaerobic Sludge Blanket). Tangki pencerna enaerob adalah sebuah tangki kedap udara yang dialiri air limbah. Di dalam tangki ini, air limbah mengalami proses penguraian oleh bakteri anaerob. Proses ini menghasilkan gas, diantaranya yang paling khas adalah gas H2S yang berbau busuk. Proses anaerob juga dapat menghasilkan gas metan, sehingga apabila dikelola dengan baik akan diperoleh gas bio yang sangat bermanfaat.

UASB pada dasarnya sama dengan pencerna anaerob, perbedaannya terletak pada cara pengaliran air limbah. Pada UASB aliran air mengarah ke atas pada tangki vertikal. Unit pengolah limbah anaerobik lainnya adalah ABR (Anaerobic Baffle Reactor). ABR sangat rentan terhadap perubahan debit limbah dan perubahan konsentrasi bahan organik secara mendadak (organic & hydrolic loading)

3) Lagoon merupakan kolam yang didalamnya terjadi proses aerob, fakultatip dan anaerob, sesuai kedalaman air. Pasokan oksigen mengandalkan dari proses alam, yakni oksigen dari udara yang melarut kedalam air dan oksigen yang berasal dari fotosintesis tumbuhan air. Kadang lagoon disertai juga dengan aerator untuk menambah oksigen terlarut pada air (aerated lagoon)

4) Pengolahan secara irigasi (land treatment) adalah mengolah air limbah dengan cara untuk mengairi tanaman atau rumput. Air limbah yang mengandung bahan organik biodegradable berpotensi sebagai penyubur tanaman. Air limbah yang mengandung logam berat dapat digunakan untuk penyiraman hutan bambu yang berlokasi jauh dari pemukiman dan sumber air. Logam berat akan terakumulasi pada batang bambu. Selanjutnya air limbah akan mengalami proses pembersihan secara alami melalui mekanisme penguraian oleh jasad renik dan filtrasi oleh tanah dan batuan lainnya.

Usaha Pest Control Bagi Sanitarian



PROSEDUR UMUM USAHA PEMBASMIAN SERANGGA 

1.Perkenalkan diri anda atau perusahaan anda pada konsumen, melalui surat, booklet, leaflet, presentasi dalam seminar atau kunjungan langsung. Komsumen yang anda tuju dapat berupa hotel, rumah sakit, rumah makan, perusahaan transportasi, dan perusahaan atau lembaga lainnya yang diduga membutuhkan pelayanan pembasmian serangga (pest control). 2.Apabila sudah ada respon dari konsumen, mintalah ijin untuk survey lokasi. Survey ini bermanfaat untuk merencanakan serangga sasaran, lokasi treatment, bentuk / jenis treatment, tenaga, waktu dan biaya yang ditawarkan. Juga untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat. 3.Survey dilakukan, terutama untuk memperoleh data antara lain : - Jenis pest - Resting places & breeding places pest. - Luas efektif bidang /sasaran aplikasi - Jumlah dan jenis barang yang di treatment. - Waktu idle (untuk treatment) - Fasilitas pendukung (listrik, air dll) - Faktor yang dapat menghambat (AC, smoke detektor, dll) 4.Hasil survey untuk menyusun proposal / perencanaan yang meliputi : - Jenis pest yang ada - Luas / volume dan tempat pest berada. - Metode aplikasi / treatment serta peralatan yang diperlukan. - Jenis dan jumlah bahan kimia yang akan digunakan. - Jumlah dan kualifikasi tenaga yang diperlukan. - Schedule / waktu pelaksanaan aplikasi dan supervisi - Bentuk antisipasi kegagalan dan kecelakaan. - Transportasi yang digunakan - Hitung semua biaya minimal yang dibutuhkan (termasuk laba bersih dan pajak). Perkirakan juga harga yang kelak akan ditawarkan. 5.Buatlah surat penawaran / proposal pengendalian pest kepada konsumen dimaksud. Lakukan tawar-menawar harga. Sodorkan form perjanjian / persetujuan / kontrak kerja (termasuk sistem pembayaran & garansinya). 6.Laksanakan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak. Perhatikan mutu pelayanan. 7.Lakukan pula evaluasi pelaksanaan kegiatan dan upaya penelitian & pengembangan. Beberapa contoh teknik pengendalian lalat antara lain: AIR DALAM KANTONG Kurang lebih 300 ml air jernih dimasukkan dalam kantong plastik yang transparan. Kemudian ikat dan gantungkan ditempat yang banyak terdapat lalat berkerumun. Bisa juga diletakkan didekat tempat makanan, dimana banyak terdapat lalat. Cara seperti ini juga dapat digunakan untuk mengusir lalat. Belum diketahui secara pasti mengapa lalat begitu takut terhadap air jernih yang dimasukan dalam kantong plastik transparan. Tetapi cara ini tampak cukup berhasil untuk mengusir lalat. Utamanya pada hari – hari pertama kantong air tersebut dipasang. Pada minggu kedua setelah pemasangan, lalat mulai menampakkan gejala tidak takut lagi terhadap kantong air dimaksud. UAP CENGKIH Masukkan beberapa butir cengkih kering kedalam gelas. Kemudian tuangkan air panas kedalamnya. Tempatkan pada daerah yang banyak terdapat lalat, niscaya lalat akan segera bubar. Bila uap cengkih sudah habis biasanya lalat akan datang kembali. Oleh karena itu perlu segera diganti dengan cengkih yang baru. Usaha seperti ini cukup baik untuk mengusir lalat. Hal ini karena uap (minyak) cengkih mempunyai sifat mengusir (repellent) terhadap beberapa macam serangga, termasuk lalat. MINYAK IGNOL Penyulingan cengkih atau daun cengkih, akan menghasilkan minyak berwarna kehitaman. Minyak ini kemudian dimurnikan hingga berwarna jernih kekuningan. Minyak cengkih inilah yang disebut ignol. Karena ignol berasal dari cengkih maka mempunyai sifat seperti uap cengkih pula, yakni mampu mengusir lalat. Cara penggunaannya adalah dengan meneteskan pada air panas. Cara yang lebih praktis cukup meneteskan pada tissue atau kapas, kemudian diletakkan pada tempat yang dikerumuni lalat. Lalat akan segera bubar. UAP PARAFIN Parafin padat (lilin) bila dinyalakan akan menghasilkan uap dan bau khas yang mampu mengusir lalat. Sehingga lilin menyala yang ditempatkan pada dekat makanan, lalat tidak akan berani mendekatinya. Daya usir / jangkauan uap parafin ini relatif kecil, maka perlu ditempatkan beberapa lilin yang menyala untuk areal yang luas. Meskipun hasilnya kurang memuaskan, namun cukup berarti dalam hal mengurangi kerumunan lalat. LIDI & TALI Dalam suasana panas, lalat suka hingga pada tali jemuran. Lalat juga menyenangi hinggap pada benda bersudut tajam vertical. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menangkap lalat. Caranya dengan melapisi tali / lidi menggunakan lem. Lem yang bisa digunakan untuk keperluan ini diantaranya adalah lem tikus. Tali atau lidi yang sudah ada lemnya, ditaburi sedikit vanili untuk menghilangkan bau menyengat. Lidi dipasang berdiri, sedangkan tali dipasang seperti jemuran. Biarkan beberapa waktu, niscaya banyak lalat yang tertangkap. KERTAS BERPEREKAT Kertas yang dilumuri perekat tikus dan ditaburi serbuk vanili dipasang ditempat lalat berkerumun. Biarkan beberapa saat kemudian niscaya banyak lalat yang tertangkap. Kertas berperekat yang siap pakai, kini telah banyak dijual dipasar. Dengan demikian kita dapat dengan mudah memperolehnya dan lebih praktis dalam penggunaannya. UMPAN BERACUN Cairan gula yang dibubuhi racun serangga, ditempatkan pada daerah yang banyak lalatnya. Lalat yang makan akan segera mati. Cairan gula dapat diganti dengan susu atau sejenisnya. Racun serangga yang digunakan bisa juga dengan pestisida untuk pertanian. Umpan beracun yang siap pakai banyak dijumpai di pasaran. Biasanya berbentuk kristal atau butiran seperti gula pasir berwarna biru. Satu diantaranya bernama SNIP. PERANGKAP KERUCUT Diantara perilaku lalat adalah terbang tegak lurus disaat terkejut. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk pembuatan perangkap lalat. Caranya adalah dengan memasang kerucut yang bagian pucuknya berlubang. Bagian pucuk atau ujung yang berlubang di sambungkan pada tabung perangkap. Tabung berikut kerucut disangga oleh kaki setinggi 5 –10 Cm. Cara penggunaanya sangat mudah. Tepat dibawah lubang kerucut dipasang umpan penarik yang disukai lalat. Ketika lalat mengerumuni umpan tersebut, dan kemudian terkejut, secara reflek lalat akan terbang tegak lurus melewati lubang kerucut masuk tabung perangkap. Untuk membunuhnya dapat digunakan asap yang dimasukkan kedalam tabung perangkap. Perangkap kerucut dapat dibuat dari bahan yang sederhana. Misalnya yang sering digunakan adalah bekas botol air minum dalam kemasan. Botol dipotong pada bagian bawah leher, kemudian dipasang kembali secara terbalik. Selanjutnya dipasang kawat yang berfungsi sebagai kaki penyangga (lihat gambar). PERANGKAP SINAR Lalat termasuk serangga fototropic, artinya ia akan tertarik dan bergerak menuju kearah sumber sinar. Atas dasar sifat ini, dibuatlah perangkap listrik yang disebut electrocutor. Prinsipnya adalah sebuah lampu sebagai sumber sinar, yang dikelilingi kawat beraliran listrik dengan tegangan tinggi ( 3500 Volt). Lalat yang tertarik akan bergerak mendekati sumber sinar (lampu), dan ketika menyentuh celah kawat akan tersengat listrik. Alat seperti ini telah banyak dijual dipasaran dengan model dan harga bervariasi. MISTING Alat yang dipakai untuk keperluan pembasmian lalat dengan misting disebut mistblower. Kegunaan mistblower ini adalah untuk menyemprotkan partikel racun / insektisida dengan semburan udara yang kencang langsung mengenai serangga sasaran (lalat). Dengan demikian lalat yang terkena racun tersebut dapat segera mati. Janggkauan semburannya secara horisontal dapat mencapai 15 M, sehingga lalat yang sedang terbang dapat dengan mudah kena semprotan partikel racun. Racun yang digunakan untuk keperluan ini telah banyak dijual bebas, diantaranya Mustang, Icon, dll. SPRAYING (PENYEMPROTAN) Lalat seringkali hinggap dan terbang. Pada keadaan panas lalat cenderung akan istirahat dan hinggap ditempat yang teduh. Tempat – tempat yang biasa dihinggapi lalat dapat disemprot dengan racun / insektisida. Lalat yang hinggap pada tempat yang telah disemprot akan terkena racun dan mati. Racun akan tetap berada pada bidang yang disemprot selama kurun waktu tertentu. Lama waktu keberadaan racun tergantung jenis racun yang digunakan dan kondisi lingkungan setempat. Untuk keperluan penyemprotan ini dapat digunakan spraycan (tangki semprot) yang biasa dipakai dalam bidang pertanian. FOGGING (PENGASAPAN) Racun / insektisida dapat disemprotkan dalam bentuk kabut asap. Alat yang digunakan untuk keperluan ini disebut fog generator. Fog generator yang banyak dikenal antara lain Swing fog, Dyna fog, Eagle, dll. Asap beracun ini apabila mengenai serangga sasaran (lalat), maka akan segera mati. Biasanya racun dicampur dengan solar atau minyak tanah. Salah satu kelemahannya adalah asap mudah diterpa angin. Sehingga tidak tepat apabila digunakan ketika angin sedang bertiup. SANITASI Upaya pengendalian lalat agar tidak sampai menimbulkan gangguan, kuncinya terletak pada kebersihan lingkungan. Oleh karena itu membersihkan tempat sampah atau tidak menimbun sampah lebih dari 2 (hari) merupakan tinadakan yang sangat baik untuk mencegah berkembangnya lalat. Hal ini karena sampah merupakan tempat bertelur dan berkembang biaknya lalat. Sampah yang dimaksud disini meliputi sampah yang dapat busuk dan kotoran hewan lainnya.

PEMBUATAN SARANA SANITASI BERBASIS FIBER GLASS

PEMBUATAN SARANA SANITASI BERBASIS FIBER GLASS  

Pendahuluan  Dewasa ini terdapat beragam material yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sarana sanitasi, mulai dari bambu, kayu, PC dan sejenisnya sampai dengan resin / serat kaca. Serat kaca (fiber glass) memiliki keunggulan komparatif, diantaranya mudah dibentuk, ringan, kuat, tahan terhadap rayap atau hama sejenis, tahan asam dan basa, lebih tahan terhadap pelapukan fisik akibat panas matahari, dapat diwarnai, dll.  Sarana sanitasi yang dapat dibuat dengan material fiber glass diantaranya bath tube, bak mandi, washtable, pipa, closet, meja cuci, oven hood, dll. Resin dengan kualitas prima dapat dimanfaatkan untuk mengawetkan serangga vector penyakit seperti lalat dan kecoa.  Pemanfaatan resin / fiber glass untuk rekayasa sarana sanitasi dibutuhkan ketrampilan dan kreativitas. Oleh karena itu diperlukan latihan meracik bahan dan mencetaknya serta inovasi pembuatan cetakan. Untuk mendapatkan hasil yang berkualitas baik diperlukan keseriusan berlatih dan pengalaman   Prosedur pembuatan   Bahan :  - Resin cair  - Erosin  - Fiber glass  - Katalis (hardener)  - Pewarna  - Wak / kit atau sejenisnya untuk pelicin   Alat :  - Wadah / ember  - Pengaduk  - Kuas  - Cetakan (plastic, seng, gabus, lempung, kayu, silicon mix, dll)  - Gunting / pisau pemotong (cutter)  - Timbangan / takaran   Cara kerja :  - Buatlah mal / cetakan sesuai dengan inovasi dan kreativitas anda menggunakan bahan yang cocok (plastic, seng, gabus, lempung, kayu, silicon mix, dll).  - Haluskan permukaan mal menggunakan amril lembut. Untuk cetakan yang terbuat dari logam, pada tahap akhir penghalusan dapat digunakan coumpond. Selanjutnya pada permukaan cetakan digosok sampai halus / licin menggunakan wak / kit. Cetakan siap digunakan.  - Buatlah adonan resin, erosin dan katalis dengan perbandingan 1000 cc : 1000 cc : 10 cc. Resin dimasukkan ke wadah kemudian tambahkan sedikit demi sedikit erosin dengan terus diaduk. Setelah larut merata tambahkan pewarna dan katalis, sambil terus diaduk. Erosin berfungsi sebagai bahan pengisi dan katalis berguna untuk mempercepat proses pengerasan. Penambahan katalis yang berlebihan menyebabkan adonan menjadi sangat cepat mengeras. Akibatnya adonan tidak bisa digunakan. Ukuran tepat penambahan katalis selalu diikuti dengan kecepatan kerja, sehingga perlu pengalaman.  - Cetakan / mal yang sudah siap, selanjutnya dilumuri / dilapisi adonan resin menggunakan kuas sampai rata. Tempelkan sedikit demi sedikit serat gelas yang sudah dipotong sesuai ukuran.  - Setelah serat gelas menempel rata ke seluruh permukaan resin, lakukan pelapisan / pelumuran resin kembali. Demikian seterusnya dibuat berlapis-lapis hingga diperoleh ketebalan yang diinginkan.  - Rapihkan bagian-bagian permukaan dan ujung / tepi dari benda yang dicetak menggunakan gunting atau cutter.  - Diamkan beberapa saat, kemudian lepaskan dari cetakan / mal. Barang yang dicetak sudah jadi.  - Untuk pengawetan serangga (misal : untuk gantungan kunci) dapat dilakukan dengan cara yang sederhana. Serangga yang sudah betul-betul kering dicor dengan resin jernih yang telah dicampur dengan katalis. Jangan tambahkan erosin. Serangga bisa juga dimasukkan kedalam cetakan kemudian di cor. Cetakan dibuat sesuai selera. Cetakan akan menghasilkan barang yang bagus bila cetakannya bagus dan halus. Biasanya dibuat dengan silicon mix.